Selasa, 15 Januari 2013

Buku secondhand- Garage Sale

Sebuah buku bisa membuat saya betah berlama-lama diam. Aduh, nikmatnya tiada tara. Saya mengenali setiap buku seperti seorang teman lama. Ingat semua detilnya. Kapan beli, kenapa beli, apa yang saya pikirkan saat beli. Kadang-kadang, impulsif. Tapi saya menikmati.

Book Off- NewYorkCity-2009

Karena itu, tidak pernah sekalipun, saya berpikir bakal melepas buku-buku itu. Dari tahun ke tahun, jumlahnya makin bertambah, menggunung. Sebab, kecepatan membaca tak selaras dengan kecepatan membeli. :)

Dari waktu ke waktu, jumlahnya terus bertambah. Ikut kesana kemari saat kontrakan berpindah. Sungguh repot punya buku 5 rak dan masih belum punya rumah sendiri. Makin kesini, waktu baca jadi makin mahal. Bukannya tak ingin menikmati hidup, tapi ada prioritas yang harus disegerakan. Akhirnya, lama saya tak bersua dengan mereka. Mulai berdebu. Muncul noda. Sesekali masih bersapa. Mereka sih setia, menanti saya membuka buka lagi, membersihkan, atau membaca kata demi kata.

Lalu keputusan pun diambil. Butuh waktu tiga bulan untuk menimbang. Lama, ya?




Padahal untuk lemari pakaian saya punya aturan: apabila dalam 3 bulan sebuah baju belum juga dipakai, berarti memang bukan tempatnya disitu. Untuk rak buku, saya tak bisa begitu.

Hingga suatu hari, jelang Oktober, buku Paulo Coelho berjudul The Witch of Portobello, terjatuh. Tanpa sengaja, buku yang saya beli di Changi Airport, 15 menit sebelum terbang ke London, 2006 ini pun terbuka. Satu halaman tentang percakapan subtil seputar hobi 'menimbun buku'.  >_<

Ya sudah, lepas saja lah (selama belum ada sarang permanen)

Sedih. Seperti melepas anak anjing kesayangan >_<. Tapi kekhawatiran itu tak lama. Sebab peminat buku-buku ini, saya percaya, juga akan memberikan tempat yang nyaman.  Terimakasih ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar