Selasa, 12 Februari 2013

The Extreme Future

The Extreme Future, now SALE for Rp15000

Pada suatu masa, tentang buku The Extreme Future, saya pernah menulis begini:



Media Indonesia | Sabtu, 07 Februari 2009 | oleh Sica Harum

RESTORASI memori otak, produksi massal mobil hibrida, teknologi nano, hingga jual beli sel DNA melalui e-bay, ialah sedikit dari ratusan kemungkinan dalam 20 tahun mendatang. Futurulog asal Amerika Serikat James Canton, menggambarkan semua kemungkinan itu dalam bukunya.
----------------------------------------------------------------
Di negara asalnya, Amerika Serikat, buku ini muncul pada 2006. Namun Pustaka Alvabet baru menerbitkan versi Indonesia pada Januari 2009. Buku-buku semacam ini memang marak di AS. Ketertarikan membaca masa depan bukan hanya memunculkan para futurolog yang biasanya dibayar mahal sebagai konsultan strategi bisnis, tapi juga menarik kalangan awam.


Di AS, siapa pun yang tertarik mengkaji masa depan bisa bergabung dengan The World Future Society (www.wfs.org), sebuah lembaga nirlaba yang berkedudukan di Washington DC. Anggotanya kini mencapai sekitar 25 ribu orang yang tersebar di 80 negara. Mereka terdiri dari sosiolog, ahli pertahanan negara, ilmuwan hingga pelajar dan pensiunan. Yang menyatukan mereka hanya satu, hasrat untuk membaca kecenderungan masa depan sehingga mampu menjadi bagian dari mekanisme takdir bagi pribadi dan lingkungan.
James Canton termasuk satu dari sekian nama futurolog yang cukup memengaruhi dunia. Dia mengepalai Institute for Global Futures, sebuah lembaga think thank di San Fransisco, AS. Canton dibayar tinggi atas segala nasihatnya mengenai tren-tren utama tentang masa depan kepada para pemimpin pemerintahan dan sejumlah perusahaan yang tergabung dalam Fortune 1000a--antara lain IBM, General Electric, UPS, Motorola, Fujitso, dan Mastercard.
Mengawali prediksinya mengenai masa depan yang ekstrim, Canton menyebut kelangkaan energi akan membawa manusia bermain-main dengan sejumlah energi alternatif.
Canton mencatat, AS membayar sekitar US$ 25 miliar pertahun untuk impor minyak. Kebutuhan itu akan meningkat 50% pada 2020. Demikian juga China yang membutuhkan minyak empat kali lipat di tahun yang sama. Jika tidak segera meminimalkan ketergantungan terhadap minyak, risiko yang akan dihadapi ialah stabilitas keamanan, ancaman pemanasan global, peningkatan anggaran, kesehatan publik, dan meletusnya konflik Timur Tengah. Dengan memperhitungkan perkiraan gross domestic product negara-negara di dunia, Canton menyatakan negara-negara yang bertahan ialah mereka yang bisa membeli minyak seharga US$ 300 per barel dalam 30 tahun mendatang (sampai saat ini harga minyak dunia pernah menyentuh US$ 120). Kecenderungan itu, jika terus dibiarkan, akan menuju kemiskinan dunia dengan setengah dari populasi diramalkan berpendapatan dibawah US$ 2.
Solusi
Namun, Canton bukan hanya membagi berita buruk. Ia pun menyebut dua solusi paling menjanjikan dalam bidang pemenuhan energi, yaitu hidrogen dan nanoteknologi. Pesan Canton dalam buku ini cukup jelas. Mulailah berinvestasi di bidang energi alternatif. Jatuh bangun suatu bangsa, menurutnya, akan ditentukan oleh akses mereka dalam bidang energi.
Inovasi itu juga yang mewarnai pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Orang atau organisasi yang mengetahui cara menyusun komponen bit, atom, neuron, dan gen akan meraup untung besar. Terobosan-terobosan dalam teknologi informasi dan jaringan, bioteknologi, nanoteknologi, dan neuroteknologi akan menciptakan kemakmuran global. Demikian juga dalam bidang kedokteran. Pemanfaatan sel punca (stem cell) untuk memperbaiki organ yang rusak semakin populer. Canton meramalkan pasarnya mencapai dua miliar konsumen.
Canton, secara khusus, juga menyinggung perubahan iklim yang menjadi alarm bagi perubahan strategi bisnis saat ini. Perusahaan yang ingin tetap memimpin di depan, kata Canton, ialah mereka yang lebih menyayangi bumi.
Ilmu pengetahuan diramalkan Canton terus berkembang pesat. Teleportasi, perpindahan objek melintasi ruang dan menyusunnya kembali ketika tiba di tempat tujuan seperti digambarkan dalam film The Matrix, ialah pencapaian yang tidak terlalu jauh lagi. Canton juga meramalkan perburuan data pribadi semakin marak. Setiap orang bisa dipasangi cip dalam tubuhnya sebagai identitas. Posisinya juga dapat selalu dilacak dan diawasi. Intervensi pemerintah juga semakin tinggi untuk mengawasi gerak individu. Ancaman keamanan internasional juga mengarah pada bio-terrordan cyber-terror.
Karena kemunculan bidang-bidang yang terkesan beyond itu, Canton meramalkan kelangkaan tenaga kerja berketerampilan khusus. Persaingan talenta makin menarik karena tidak ada lagi batas geografi. Satu-satunya identitas ialah kemampuan berbahasa, bukan kewarganegaraan. Mereka yang mampu berbicara banyak bahasa menjadi yang paling siap atas profesi-profesi mahal.
Masa depan mereka yang mempelajari matematika dan sains juga semakin cemerlang. Namun tenaga pemasar inovatif tetap dibutuhkan. Jika pada 2015, profesi sebagai ahli pemasaran konsumen online masih menjanjikan, namun pada 2030 manajer pemasaran tenaga hidrogen dan wisata luar angkasa akan banyak mengambil peran.
Penulis dan penyair juga sama pentingnya dengan peramal perubahan iklim, insinyur gen, dan cyhack (pelawan serangan hackers). Kebutuhan akan data pribadi calon konsumen akan memunculkan profesi pencari data pribadi. Namun data-data pribadi yang semakin mudah dicuri dari dunia maya itu juga akan memunculkan profesi penasihat privasi personal.
Dalam dua bab terakhir, sepert juga futurolog lain, Canton secara khusus menyinggung pertumbuhan China dan ancaman bagi AS. Menurut Canton, ketika China bangkit, evolusi kebutuhan dua miliar penduduknya dalam beberapa tahun mendatang akan membentuk ulang pasar, kompetisi, dan perdagangan skala raksasa. Canton meramalkan, kebangkitan China sebagai negara adikuasa baru akan mendominasi perdagangan dunia, sumber energi, inovasi, dan keamanan. Sementara itu, Canton membaca ancaman bagi AS berasal dari fundamentalis agama yang tidak mengindahkan hak-hak individu dan serangan atas semangat demokrasi.
Dibandingkan ramalan masa depan ala Thomas L. Friedman dalam World is Flat yang cenderung optimistis, Canton lebih menyuratkan tanda-tanda peringatan.
Kecenderungan yang digambarkan Canton, merupakan hasil pengolahan informasi menggunakan berbagai sarana dari riset komputer hingga kecerdasan buatan. Canton juga mengembangkan sistemnya sendiri, yaitu peta pembaca tren. Kecenderungan itu sedikit banyak dipengaruhi oleh metode pendekatan ala futurolog AS berpengaruh, Alvin Toffler. Saat masih kuliah pada pertengahan 1970-an, Canton memang bekerja dengan Toffler yang memopulerkanThe Third Wave dan Future Shock. Sejak itu, ia mengabdikan diri untuk membaca masa depan dan menempatkan dirinya di deretan futurolog berpengaruh, seperti hal nya Kenneth Boulding ataupun Ray Kurzweil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar